Sunday, December 28, 2014

Mendaki Gunung Tambora



Tambora adalah salah satu gunung yang cukup terkenal di kalangan para pendaki baik dari Indonesia maupun dari manca negara. Puncak Tambora yang terletak 2850 mdpl merupakan puncak tertinggi di Pulau Sumbawa.

Konon menurut cerita sejarah, Puncak Tambora dahulu mempunyai ketinggian lebih dari 3000 mdpl, bahkan ada sebuah buku yang menulis Tambora berketinggian sekitar 4000 m dpl. Letusan hebat yang terjadi tercatat April 1815 (membawa korban jiwa terbesar) menyebabkan Puncak Tambora ‘hilang’ dan terbentuklah kawah yang sangat luas. Kawah Tambora inilah yang menjadi keistimewaan dari Gunung Tambora.



 

Akses Pendakian Tambora

Pendakian Gunung Tambora dimulai dari Desa Pancasila. Jalur ini merupakan jalur paling umum dilewati oleh para pendaki. Desa Pancasila merupakan desa terakhir di kaki Gunung Tambora yang dapat dicapai oleh angkutan sejenis bus. Untuk menuju ke Desa Pancasila, kita dapat naik bus dari Dompu. Perjalanan ini memakan waktu sekitar 5 jam.

Sepanjang perjalanan akan terlihat peternakan dan padang rumput yang sangat luas dengan kerbau yang hidup secara liar. Kerbau tersebut hidup dan berkembang biak secara alami tanpa perawatan khusus dari pemilik lahan. Kondisi alam yang berupa padang rumput sangat mendukung berkembangnya peternakan kerbau di daerah itu.

Industri lain yang berkembang di sana adalah industri kayu dan rotan. Juga banyak terdapat perkebunan kopi, coklat dan jambu mete.

 

Mendaki Gunung Tambora

Dari Desa Pancasila perjalanan dilanjutkan menuju Desa Tambora. Desa ini merupakan Desa tertinggi yang berada di atas perkebunan kopi. Dari Desa Tambora terdapat jalur pipa yg dibangun untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi penduduk sekitar desa itu. Jalur ini akan membawa pendaki menuju ke mata air yang berada di Pos 1. Perjalanan menuju pos 1 ini memakan waktu kurang lebih 2.5 jam. Di Pos 1  terdapat sumber air berupa sumur kecil yang airnya mengalir deras , juga terdapat sebuah shelter yg bisa dipakai para pendaki untuk beristirahat.

Perjalanan kemudian dilanjutkan menuju Pos 2 dapat ditempuh dalam waktu 2,5 jam. Medannya masih relatif landai dengan hutan tropis yang vegetasinya sangat rapat sehingga kita jarang sekali bisa merasakan teriknya sinar matahari secara langsung. Di pos 2 terdapat sungai kecil yang airnya jernih dan mengalir terus sepanjang musim. Berada di ketinggian 1300 mdpl, di pos 2 terdapat beberapa tempat datar yang cukup untuk 4-5 tenda dan sebuah shelter  beratap seng yang biasa dipakai oleh para pemburu. Karena lembabnya kondisi di Pos 2 maka banyak kita temui lintah/pacet. Sebaiknya para pendaki sedikit waspada akan keberadaaan hewan itu.


Setelah Pos 2, perjalanan dilanjutkan menuju ke Pos 3.  Jalur pendakian dari Pos 2 ke Pos  3 banyak didominasi tanjakan yang cukup tajam dan terjal. Medannya masih berupa hutan tropis dengan waktu tempuh sekitar 2 jam sampai Pos 3. Sampai Pos 3 kita akan menemui vegetasi yang lebih terbuka dan mulai banyak tumbuh pohon cemara gunung dan ilalang. Di Pos 3 ada sebuah shelter dari kayu beratap seng yang kondisinya cukup bagus dan juga ada sumber air tetapi lokasinya cukup jauh, untuk menemukan sumber air ini pendaki harus turun ke kanan sekitar 15 menit untuk mencapai sumber air. Lokasinya cukup luas, dapat untuk mendirikan 3 – 4 tenda.

Dari Pos 3 perjalanan dilanjutkan menuju Pos 4. Pos 4 yang berada di ketinggian 1850 mdpl ini dapat ditempuh dalam waktu 2 jam dari Pos 3 dengan jalur tidak terlalu menanjak. Tetapi kita harus berhati hati karena di  sepanjang perjalanan menuju Pos 4 banyak kita temui tumbuhan jelatang (jancukan/ api-api / rengas) yang terasa menyengat bisa kulit kita terkena daun/batangnya yg berduri halus.

1 jam dari Pos 4 terdapat sumber air yang dinamai Sori Kalate, yang menurut bahasa setempat mempunyai arti : air sungai berbatu. Memang sumber air tersebut berupa genangan air di sungai yang kering dan kualitasnya kurang bagus. Sori Kalate berada di ketinggian 2050 mdpl.

Kira-kira 15 menit dari Sori Kalate kita akan sampai di Pos 5 yang merupakan Pos terakhir sebelum puncak. Vegetasinya didominasi oleh cemara gunung dan dari sini mulai terlihat puncak Tambora dengan jelas. Untuk bisa mendapatkan pemandangan yang lebih luas, kita bisa membuka tenda dan beristirahat di atas Pos 5 (kira-kira 1 jam dari Pos 5), ada tempat datar yang hanya cukup untuk mendirikan 2 tenda. Dari tempat camp ini bisa terlihat puncak gunung Rinjani di kejauhan dan pendaki dapat menikmati pemandangan sunset yang luar biasa indahnya.

 

Summit Attack

Dari tempat camp terakhir dibutuhkan waktu 1,5 jam untuk dapat mencapai puncak Tambora. Selepas batas vegetasi, jalur

semakin menanjak, penuh pasir dan batu. Mendekati bibir kawah kita akan menemui dataran yang sangat luas mirip padang pasir dengan butiran pasir yang halus yang sangat menyiksa mata kita bila tidak kita lindungi. Oleh karena itu wajib bagi pendaki yang akan mendaki ke puncak Tambora untuk memakai kacamata hitam. Selain melindungi dari terik matahari juga dari pasir halus yang beterbangan tertiup angin. Selama perjalanan dari bibir kawah ke puncak banyak ditemui bunga edelweis.

Puncak Tambora 2850 mdpl, ditandai dengan pondasi beton dan tiang bendera. Dari puncak kita bisa menyaksikan keindahan kawah Tambora yang membentang luas. Sungguh merupakan pemandangan alam yang tidak ternilai harganya.

 

Potensi Alam Tambora


Selain Gunung Tambora, di dekatnya terdapat juga tempat wisata yang banyak dikenal orang yaitu Pulau Stonda. Pulau ini berada di dekat desa Kadindi dan dapat dicapai dengan perahu/boat. Di tengah-tengah Pulau Stonda terdapat danau dan merupakan tempat yang baik untuk camping.
Salam Lestari…..


Ditulis oleh : Jemmy Effendy – Matrapala

Sumber : http://www.pecintaalam.net

Gunung Tambora, Kawah Gunung Berapi Terbesar dari Sumbawa

 

Gunung Tambora (Tomboro) 2851 m dpl, adalah gunung berapi aktif yang berdiri tegak di Pulau Sumbawa, yang juga bagian dari kepulauan Nusa Tenggara. Karena bentukan Tambora oleh Zona Subduksi dibawahnya, sehingga bisa meningkatkan ketinggian puncaknya mencapai 4.300 m dpl, dan dipastikan sebagaii salah satu puncak gunung tertinggi di seluruh nusantara setelah Puncak Jaya (Carstensz Piramid 4884 m dpl), namun ini terjadi sebelum bulan April 1815 sebagai puncak meletusnya gunung Tambora dengan skala letusan mencapai angka tujuh, sebuah ukuran dengan diskripsi super kolosal menurut Volcanic Explosivity Index (VEI).


Secara administratif Gunung Tambora terletak diantara dua Kabupaten, yaitu Kabupaten Dompu (sebagian kaki sisi selatan sampai barat laut), dan Kabupaten Bima (bagian lereng sisi selatan hingga barat laut, dan kaki hingga puncak sisi timur hingga utara) Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan garis koordinat tepatnya pada 8°15′ LS dan 118° BT. Disamping kalangan wisatawan dan pendaki gunung yang menikmati panorama dan pesona alam unik, Gunung Tambora juga masih dipantau aktifitasnya secara rutin oleh ahli gempa dan Vulcanologist, Gunung Tambora juga menarik minat untuk studi Arkeologi dan Biologi.

Kata Tambora menurut cerita rakyat nusantara secara turun menurun ada dua versi, yang pertama yang berasal dari kata Lakambore – Bahasa Bima yang artinya “Mau Kemana?”, kalimat pertanyaan kepada seseorang yang hendak bepergian. Versi kedua berasal dari dua kata Ta dan Mbora, juga dari bahasa Bima, “ta” yang berarti mengajak dan “mbora” yang artinya menghilang, sehingga secara keseluruhan berarti mengajak menghilang.

Pesona Alam Gunung Tambora
Dengan sejarah letusannya yang cukup panjang, letusan Tambora terbesar terjadi pada April 1815, lebih awal dari meletusnya Gunung Krakatau (1883) yang ditulis oleh anak negri dalam bentuk Syair Lampung Karam. Gunung Tambora menyisakan panorama unik dan pesona alam yang menawan bagi para wisatawan, lebih-lebih bagi kalangan pencinta alam dan pendaki gunung. Di kalangan internasional, Tambora memiliki julukan sebagai The Greatest Crater in Indonesia atau gunung yang memiliki kawah terbesar di Indonesia. Lebar kawah Gunung Tambora sepanjang 7 Kilometer dengan keliling kawahnya sepanjang 16 Km dan memiliki jarak antara puncak dengan dasar kawah sedalam 800 meter. Kawasan Gunung Tambora terbagi menjadi dua lokasi konservasi yaitu: Tambora Utara Wildlife Reserve dengan luas 80.000 hektar dan Tambora Selatan Hunting Park dengan luas 30.000 hektar.



Dari puncak Gunung Tambora, anda akan dapat memandang lebih leluasa pemandangan kawah, padang pasir, samudra lautan, dan Pulau Satonda. Pulau Satonda sangat indah dengan pemandangannya yang masih alami, di tengah-tengah pulau tersebut terdapat danau yang jernih dan dikelilingi oleh tebing-tebing dari perbukitan yang masih alami. Pulau Satonda dengan ketinggian antara 0 sampai 300 mdpl merupakan taman rekreasi (recreation park) dengan wilayah seluas 1.000 Ha mempunyai ciri-cirinya yang unik.
Sekarang pulau tersebut telah menjadi kawasan yang dilindungi (strict nature reserve). Pulau Satonda sangat baik untuk menjadi tempat untuk mempelajari hutan, karena hutan di pulau tersebut hancur akibat letusan Gunung Tambora pada tahun 1815. Juga banyak ditemukan jenis-jenis ikan yang baru dan hanya ditemukan di Danau Satonda saja. Pulau tersebut menjadi habitat sejumlah besar jenis-jenis burung yang dilindungi. Kesemua keindahan alam yang menjadi satu kesatuan menciptakan suatu fenomena indah, unik.

Menuju ke Gunung Tambora 

Ada tiga titik konsentrasi desa-desa yang berada di sekitar lereng Gunung Tambora. Disebelah timur adalah desa Sanggar, ke arah laut adalah desa Doro Peti dan desa Pesanggrahan, dan di barat adalah desa Calabai. Ada dua jalur pendakian untuk mencapai kaldera. Rute pertama dimulai dari desa Doro Mboha di tenggara gunung. Rute ini mengikuti jalan beraspal melalui mete perkebunan hingga mencapai 1.150 meter (3,800 kaki) di atas permukaan laut. Akhir dari rute ini adalah bagian selatan kaldera pada 1.950 meter (6.400 kaki), dapat dicapai melalui jalur hiking. Lokasi ini biasanya digunakan sebagai base camp untuk memantau aktivitas gunung berapi, karena hanya dalam waktu satu jam untuk mencapai kaldera. Rute kedua dimulai dari desa Pancasila di barat laut gunung. Dengan menggunakan rute kedua, maka kaldera hanya dapat diakses dengan berjalan kaki.

Jika ingin melakukan pendakian ke Gunung Tambora kami sarankan melalui jalur resmi, yaitu jalur yang kedua melewati Dusun Pancasila yang relatif lebih aman dari jalur lainnya, untuk menuju ke Dusun Pancasila dapat menggunakan kendaraan dari Cabang Banggo (baca: cabang Mbanggo) Kabupaten Sanggar dengan jarak tempuh kurang lebih dua jam 15 menit. Para pendaki sebaiknya menginap di basecamp Bapak Lewah, Kepala Dusun Pancasila, atau menginap di rumah Bapak M Yusuf (babe), seorang guide pendakian Gunung Tambora yang sangat berpengalaman mengenai seluk-beluk dan sejarahnya Gunung Tambora.

Dari Dusun Pancasila menuju ke Pos I dapat ditempuh selama satu jam, di Pos I tersebut terdapat sebuah pondok dan sekitar 20 meter terdapat mata air berbentuk sumur dengan airnya yang jernih, Kemudian dari Pos I menuju ke Pos II dapat di tempuh selama satu jam, di pos tersebut terdapat tempat datar untuk beristirahat dan sekitar lima meter dari tempat tersebut terdapat sungai kecil yang mengalirkan air jernih. Dari Pos II melanjutkan perjalanan kembali menuju ke Pos III dengan melalui hutan yang lebat dapat ditempuh selama tiga jam. Di Pos III tersebut ada tanah datar luas, terdapat pula pondok untuk tempat berteduh para pemburu rusa timor, adapun cara berburunya yaitu dengan menggunakan anjing sebagai pelacak dan menggunakan senapan laras panjang. Di Pos III tersebut merupakan mata air terakhir untuk mengambil air.
Dari Pos III menuju ke Pos IV melalui medan hutan lebat dan ditempuh selama satu jam, kemudian dari Pos IV menuju ke Pos V dapat ditempuh selama 30 menit, kemudian dari Pos V menuju ke Bibir Kawah dapat ditempuh selama dua jam, dengan melalui vegetasi yang beralih dari vegetasi hutan ke vegetasi Edelweiss dan dari vegetasi Edelweiss menuju padang pasir. Selama perjalanan kita akan menikmati keindahan alam yang menakjubkan dengan melalui jalur berpasir di kanan-kirinya melihat keunikan bunga Edelweiss yang berbeda dengan di gunung-gunung lain yaitu bunga tersebut sangat pendek sekitar 0,5 meter sampai 1,5 meter dengan letaknya masing-masing berjauhan sekitar dua meter sampai 100 meter. Juga adanya jenis rerumputan dengan tinggi sekitar satu meter sampai 1,5 meter membentuk barisan-barisan.

Lama Perjalanan
Perjalanan pendakian menuju Gunung Tambora, bisa di rancang selama 2 (dua) hari perjalanan, konsekuensinya anda dan team tidak bisa leluasa dengan trek kebut jalur.
Hari 1. Dusun Pancasila – Pos 3
Hari 2. Pos 3 – Summit – Dusun Pancasila

Namun jika waktu memungkinkan, anda dan team bisa merancang waktu lebih optimal untuk 4 hari 3 Malam
Hari 1 [Dusun Pancasila – Pos 2]
Hari 2 [Pos 2 – Pos 5]
Hari 3 [Pos 5 – Puncak – Pos 2]
Hari 4 [Pos 2 – Dusun Pancasila]

Sumber : https://himapaosiris05.wordpress.com